Tergelincir pada kilau rembulan yang semu. Senyummu terpampang obati pilu. Ulurkan tangan sembari kepakkan sayap melewati debu kelabu menuju kabut putih.
Katanya sejenak letakkan galas pada tanah padas yang tak akan pernah ringan jika tidak dilepas. Bagai sukma yang sedikit buncah mampu menjelajahi bumantara yang membentang. Petikan pelangi untuk warnai saban hari. Si paling lihai goncangkan sanubari.
Senyummu tak pancarkan rasa jemu walau dihantam berbagai muatan. Tanpa ragu menyusuri jalan setapak seraya menebarkan kebahagian yang tak bersisa di dalam gelapnya alas. Ia adalah semarak pendar di antara jutaan manusia yang kehilangan alas kaki.
Panutan yang digemari seluruh penjuru negeri. Tak hanya paras yang tampan, semua hal tentangnya patut diberi penghargaan. Manakala sisi buana tampak bajingan, laksana ahli menata hati adalah julukannya. Ia tata rapi untuk kembali asri.
Ia tak hanya percik kejora pada legam bentala. Ia adalah tapak ilusi yang bisa kugenggam tatlaka muram terbitkan tentram. Tak payah usap air mata, tingkah lucunya ibarat tisu yang menyeka derai basah.
Belum bersorai pernah jumpa sudah ciptakan rindu bak insan yang tak ingin pisah. Ia adalah kejora di atas pepohonan rindang.
Bersama petang kusampaikan doa kepada bintang jatuh agar raga dan jiwamu sehat selalu. Karena ia laki-laki pemilik bulan April bukanlah laki-laki yang mudah untuk dilupakan. Kulambung tinggi tulisan ini hingga menjadi bintang jatuh di langit selatan.